Tulisan ini sebenarnya merupakan reaksi saya kepada pimpinan pembangunan SDIT dan tokoh majlis suatu organisasi Islam legal di bawah naungan MUI, yang mana pada malam itu sedang membahas bantuan pengadaan komputer dari sebuah instansi bank konvensional.
Saya share di sini, dan saya ijinkan orang lain untuk membacanya.
Prolog:
Organisasi Islam tersebut hendak membangunan sebuah SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) berlantai tiga di daerah dimana saya bekerja. Pada bulan Agustus lalu mengajukan proposal bantuan pengadaan komputer dalam program BRI PEDULI. Singkat cerita, proposal tersebut tembus, dan program BRI PEDULI siap membantu. Dengan beberapa syarat.
Ketika pembahasan mengenai perlengkapan pencairan dana telah selesai, jiwa brandal saya tiba-tiba menggoda untuk masuk dan memberikan pendapat ke panitia maupun ketua majlis (cabang) agar menolak bantuan tersebut.
Menolak bantuan dana yang sudah di depan mata? Gila.
Berikut adalah tulisan, yang saya sampaikan di dalam grup whatsapp kepanitiaan pembangunan SDIT. Saya share, agar tulisan tersebut dapat diambil ilmunya. Sebagai cermin diri bahwa pengamalan LiLlah, BiLlah, FiLlah secara Kaffah memang amat susah (baca: butuh perjuangan.)
****
Bagaimana bisa SDIT meminta bantuan kepada suatu instansi yang menjalankan bisnisnya dengan riba, sementara bapak-bapak setiap minggunya, setiap waktunya meneladankan kepada saya dan warga yang lainnya agar sebisa mungkin menghindari riba.
Islam adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Hendaknya para pembimbing dan kita semua agar ikhlas, sadar, paham terhadap Islam, mau-mampu membela Islam, berjihad fi sabilillah, menegakkan hukum-hukum-Nya, dan tidak mempedulikan celaan bahkan bantuan dari instansi atau orang lain (yang mana kita sadar) bantuan tersebut berasal dari hal yang tidak thayyib.
Bukankah begitu yang diteladankan oleh ustadz-ustadz di M? Islam secara keseluruhan.
Bukan menjadikan Islam pecah-pecah. Ambil sebagian, abaikan sebagian. Ada yang fokus kepada pendidikan penyucian jiwa (tauhid), tapi sebaliknya meremehkan perintah untuk beramar makruf dan nahi mungkar. Ada yang fokus kepada simbol-simbol Islam, memelihara jenggot maupun berjilbab, namun di sisi lain mengabaikan penegakan kalimat Allah melalui hukum-hukum Allah. Ada yang fokus untuk memberikan pengarahan kepada pelajaran agama, tetapi meremehkan aspek dakwah dan gerakan jihad. Dan menganggap, dengan hal itu ia telah menolong Islam serta memasyaratkan Islam kepada masyarakat.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan),”
Saya tidak tahu dan tidak paham, apakah ayat tersebut ditujukan kepada orang lain ataukah kepada saya, ataukah kepada tiap-tiap mukmin.
“dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. 2:208)
SDIT ruhnya adalah Islam, berangkat dari nilai-nilai Islam. Asal dan tujuannya adalah LiLlah, BiLlah, FiLlah. Maka sudah semestinya harus dilahirkan dan dibesarkan dengan hal-hal yang halal dan dengan hal-hal yang thayyib.
Saya mohon maaf sebelumnya, jika sekiranya tulisan ini mengendurkan perjuangan bapak-bapak. Saya mengingatkan ini bukan berarti saya mampu untuk membantu SDIT dengan kisaran dana tersebut. Namun tulisan ini sebagai bentuk ikhtiar saya untuk saling mengingatkan. Pendapat ini boleh diambil boleh juga tidak, karena saya tidak mengerti betul tentang riba. Boleh jadi tulisan ini hanyalah godaan syaithan kepada saya agar bapak-bapak menolak bantuan tersebut. Akhirnya kita tidak mendapatkan apa-apa.
Namun saya yakin, insyaAllah warga M siap bergotong royong membantu SDIT dalam hal pengadaan komputer dan lain-lain melalui jalan yang halal dan thayyib, karena SDIT telah menjadi misi perjuangan tiap-tiap warga M khususnya, dan perjuangan Muslimin seluruhnya.
Kalau toh Allah tak karuniakan nilai sebesar itu, semoga Allah karuniakan hal lain, yang lebih tepat bagi kita semua, terserah Allah mau bagaimana, bisa jadi Allah karuniakan kesabaran kepada kita sehingga kita mampu berhati-hati dan mengamalkan yang Allah perintahkan di dalam Al-Qur’an dan mengamalkan suri tauladan Rasulullah SAW dan suri tauladan para sahabat yang terekam di dalam hadits-hadits, atsar-atsar, maupun sirah-sirah mereka.
Sehingga pada proses dan ujungnya tergapailah keberkahan, yang Allah limpahkan kepada kita semua, dari kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang, dan dari segala penjuru kehidupan kita. InsyaAllah.
~
Diantara cara terbaik untuk menjaga nikmat dan bersyukur kepada Allah adalah tidak menjadi pembela atau penolong mereka yang berbuat kesalahan, kekeliruan, dan kemaksiatan.
Allah SWT telah berfirman:
Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.” (QS. Al Qashash [28]: 17)
Mohon maaf atas kekerdilan ilmu dan kelancangan pendapat saya ini.
***
Saya menulis kemarin malam jam 23, diilmui dari buku Tarbiyatul Aulad fil Islam dan tumblr tweet ulama dan mengechecknya di Tafsir Ibnu Katsir.
Dan saya share disini bukan untuk mengkritik teman-teman yang bekerja di bank konvensional. Maupun prasangka buruk lainnya. Tiap-tiap kita memiliki keyakinan dalam pilihannya masing-masing.
Kalimat ‘agar sebisa mungkin menghindari riba’ saya maksudkan bahwa kita tak sepenuhnya berkuasa atas sistem di dalam kehidupan ini, misal: kita bekerja atau kuliah dimana pihak perusahaan maupun kampus telah bekerjasama dengan bank konvensional, tentu dalam kasus ini ada keterbatasan untuk memilih. Namun di aspek lain dimana kita berkuasa untuk memilih, sudah barang tentu kita memiliki kewajiban untuk memilih yang halal dan thayyib.
SDIT dalam hal ini memiliki kekuasaan untuk memilih, karena sedang tidak terjebak dalam sistem orang lain.
Kalimat yang lain semisal ‘Allah karuniakan kesabaran’ saya maksudkan bahwa, seringkali kita terjebak di dalam ketidaksabaran. Seorang pemuda-pemudi karena tidak sabar, melampiaskan hasrat cintanya kepada pasangan melalui jalan yang haram, pacaran misalnya. Padahal hasrat cinta pada dasarnya adalah fitrah tiap-tiap manusia. Seseorang pekerja di bank konvensional, pada mulanya juga tidak sabar dalam prinsipnya mengenai riba, sehinga saat diterima menjadi pegawai ia pasrah saja melakukan hal yang bertentangan dengan hatinya. Seseorang mencuri, korupsi, merampok, menipu, dll dilakukan karena ketidaksabarannya bekerja secara halal. Dan masih banyak contoh lain, bahwa kesabaran adalah karunia yang luar biasa, ia adalah bagian sari senjata utama seorang mukmin selain syukur.
Demikian tulisan ini saya share, semoga ada manfaat.
12 September 2014
Salam,
Yang Perlu Dinasihati
*LiLlah (karena Allah); BiLlah (dengan pertolongan Allah); FiLlah (di atas syariat Allah).